Pak Tua, Garam dan Telaga

"Ini ada sebuah kisah lama yang sebagian besar orang mungkin sudah mengetahui tentang kisah bijak ini. Namun seiring berjalannya waktu dilahirkan anak-anak manusia, anak-anak menjadi dewasa, yang dewasa beranjak tua dan yang tua pergi menghadap Yang Kuasa. Sebuah kisah bijak terlepas dari fiktif ataupun tidak merupakan mutiara kehidupan yang bila dimiliki seseorang maka akan bertambahlah kebijakannya. Oleh karena itu permata itu harus diturunkan kepada anak cucu, jangan sampai dibawa mati sebagaimana juga layaknya ilmu yang bermanfaat. Itulah sebabnya saya menuliskan cerita ini, berpartisipasi dan memastikan agar permata itu tidak hilang ditelan waktu." - bembenks


Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak disebuah gubuk reyot yang berdiri ditepian sebuah telaga dipinggir hutan yang rindang. Pada suatu pagi datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai, wajah ruwet tampak jelas orang ini sedang tidak bahagia. Tanpa membuat waktu anak muda ini menceritakan masalahnya kepada orang tua yang bijak, dan orang tua itu mendengarkannya dengan seksama.

Setelah anak muda itu selesai bercerita, orang tua itupun terdiam sejenak, matanya menatap mata anak muda itu dalam seakan membaca hati dan pikiran anak muda yang sedang dilandang banyak masalah ini. "mmm...begini anak muda, ambillah segelas air", anak muda itupun mengambil segelas air dan memberikannya pada orang tua itu. Lalu orang tua itu mengeluarkan segenggam garam yang sudah terbungkus daun keladi dari saku bajunya dan memasukkan garam itu semuanya kedalm gelas tadi. "anakmuda,..coba kau minum air didalam cangkir ini", anak muda itupun meminumnya, baru sedikit ia pun cepat-cepat membuang air yang telah terminum. "asin sekali!! katanya kepada pak tua itu. Pak tua itu dengan sedikit tersenyum "sinchan" :) memperhatikan anak muda tadi. (hehehe ...namenye juge air garam ncek)

Kemudian Pak Tua itu mengajak anak muda tadi menuju sebuah telaga. Telaga yang terletak tidak jauh dibelakang gubuk reyot airnya sangat tenang dan jernih hingga bila kita berdiri dipinggirnya dihari yang cerah, kita dapat melihat pantulan langit, awan, burung-burung yang terbang, dan pepohonan yang tumbuh lebat disisi seberangnya. Namun begitu indahnya pemandangan itu tak membuat wajah si pemuda tadi menjadi sedikit lebih cerah. Wajahnya masih saja muram, matanya seakan terhalang oleh bayangan-bayangan masalah yang tak kunjung sirna.

Sesampai ditepian telaga Pak Tua tadi pun mengeluarkan segenggam garam lagi dari sakunya dan langsung menaburkannya kedalam telaga. Diaduknya air tempat jatuhnya taburan garam tadi dengan perlahan hingga menimbulkan riak gelombang yang menjalar keseluruh permukaan telaga dan akhirnya menghilang. Diambilnya secangkir air danau tadi dan diberikannya ke anak muda tadi untuk diminum. "Bagaimana rasanya anak muda?" sahut pak Tua, "uenak segeerrr" jawab si pemuda."apakah kamu merasakan garamnya?" tambah pak Tua, " tidak" jawab si pemuda singkat.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si pemuda, "anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang, jumlah dan rasa pahitnya itu sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan pada perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita, jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan, yaitu lapangkanlah dadamu untuk menerima kepahitan itu.

"Hatimu adalah wadah itu, perasaanmu adalah tempat itu, kalbumu adalah tempat kamu menyimpan segalanya. Jadi jangan kau buat hatimu seperti cangkir, luaskanlah hatinya seluas telaga yang mampu meredam kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan".

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar pada hari itu. Seperti biasa, tidak lupa Pak Tua itu mengambil daun keladi yang tumbuh di pinggir telaga untuk membuangkus garam dan menyimpannya di saku.

Sumber : Keebook Motivasi

Terjemahkan artikel ke bahasa lain

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Konflik umat manusia : tipu daya iblis

Fikiran adalah Logic rasionalitas yang dimiliki manusia. Logic itu memberikan jawaban atas semua pertanyaan, memberikan jawaban atas segala ...